Minggu, 18 Desember 2011

Batik Gedog Tuban, Batik Tulis Kaya Makna


Batik?? Mungkin batik sekarang sudah menjadi tren di kalangan masyarakat. Dulu batik terkenal sangat kuno dan tradisional, namun sekarang batik mempunyai daya jual yang tinggi dan model-model batik juga sangat bervariasi. Motif-motif batik juga banyak sekali jenisnya dan kebanyakan di tiap daerah mempunyai batik cirri khasnya  salah satunya di kota Tuban yang terkenal dengan Batik Gedog. Batik-batik khas Tuban biasanya bermotif hewan-hewan contohnya seperti burung merak.
Batik gedog Tuban karya motif, makna dan fungsi. Di Tuban, terdapat 100 ragam motif batik, 40 diantaranya sudah dipatenkan pemerintah daerah setempat sebagai upaya pelestarian budaya. Yang juga khas dari batik Tuban adalah konsistensi perajin untuk melestarikan batik tulis. Mudah saja membedakan batik Tuban, karena batik yang diaplikasikan pada kain tenun hingga katun, kebanyakan adalah batik tulis. Hanya beberapa perajin saja yang masih mengaplikasikan batik cap di Tuban.
Masyarakat Tuban, Jawa Timur, mengenal batik dengan sebutan batik gedog. Gedog berasal dari bunyi dog-dog yang berasal dari alat menenun batik. Perajin batik di Tuban, secara turun temurun membatik pada kain tenun. Proses pembuatan batik gedog  Tuban butuh waktu sekitar tiga bulan. Pasalnya, perajin harus melewati proses panjang memintal benang, menenun, membatik dan pewarnaan dengan bahan alami.
Batik Tuban tercatat sebagai salah satu batik pesisiran yang mempunyai warna beragam. Batik gedog sebenarnya hampir punah. Sebab, orang sudah tidak suka lagi memintal benang. Warga Desa Kampung Kedungrejo, Kerek, Kabupaten Tuban, tempat batik itu berasal, sudah tak membatik lagi. Kalaupun ada, hanya untuk mengisi waktu luang atau pekerjaan sampingan. Selain itu, pembuatan yang rumit, bukan sekedar membatik dengan lilin atau malam, tetapi juga pemintalan atau menenun. Hal ini juga menjadi alasan mengapa sudah banyak sekali masyarakat Tuban yang tidak membatik lagi.
Batik tulis tenun Tuban terbagi dua model, kain berukuran dua meter (tapih) dan selendang. Soal fungsi, kain batik Tuban biasanya digunakan sebagai hantaran pernikahan dari pihak laki-laki kepada mempelai perempuan. Bagi masyarakat yang berada, calon pengantin laki-laki biasanya membawa 100 lembar kain batik Tuban. "Paling sedikit pihak laki-laki membawa lima lembar kain batik sebagai hantaran pernikahan," lanjut Uswatun. Sementara selendang, biasanya digunakan kaum ibu untuk menggendong bakul saat ke pasar atau ke sawah. Namun ada juga selendang yang khusus digunakan untuk menghadiri acara resmi. Karena batik Tuban punya nilai tinggi, masyarakat Tuban biasanya menyimpan kain batik untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
Mengenai motif, batik Tuban dikenal dengan motif panjiserong, panjiori atau panjikrendil. Motif inilah yang dulunya dimiliki oleh kalangan priyayi. Namun kini, batik Tuban bisa dinikmati dan dikoleksi berbagai kalangan dan lapisan masyarakat, tanpa mengenal status sosial. Ragam motif kain batik Tuban bisa dimiliki siapa saja yang mampu. Pasalnya, kain batik tulis tenun Tuban memiliki harga mulai Rp 800.000. Meski begitu, berbagai motif batik Tuban juga bisa dinikmati masyarakat dengan harga lebih murah. Perbedaannya di bahan dasar kainnya. Motif panji-panjian ini juga bisa diaplikasikan pada bahan katun atau blacu. Alhasil, harganya pun menjadi lebih terjangkau, mulai Rp 40.000. Selain motif panji, kain batik (tapih) dalam bentuk sarung maupun kain panjang di Tuban juga memiliki motif religi seperti kijing miring dan ilir-ilir.
Di luar berbagai tradisi budaya setempat dalam memandang fungsi selendang batik khas Tuban, sebenarnya  batik Tuban punya kharisma dan keindahan yang khas dan unik. Selembar kain batik tenun tulis Tuban mewakili kreativitas perajin yang tak pernah mati, selain juga kegiatan membatik yang mengandalkan bahan dasar dari alam.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

haha..ceritae promosi daerah e to...?...
sg apik batike ancen batike kediri !!

Lydia Risky mengatakan...

iya ta?? tapi lo terkenalan batik Tuban te, apik nisan !!

Posting Komentar